Empat Langkah
Mengelola Amarah
SETIAP orang tentu pernah dilanda rasa
marah. Namun, jika terlalu terseret perasaan, bisa-bisa Anda terbakar oleh
amarah itu sendiri.
Kadang, orang berpikir dirinya dapat melampiaskan kemarahan jika bisa berteriak, memukul, atau membalas dendam kepada orang yang telah menghina atau menyakitinya. Tapi, amarah tidak bekerja seperti itu. Sering kali, melampiaskan amarah tak ubahnya mengipasi api, sehingga mendorong kobaran api baru.
Untungnya, ada sejumlah keterampilan yang dapat Anda kembangkan untuk membantu meningkatkan kemampuan mengelola amarah. Praktikkan empat pendekatan ini di saat pikiran sedang tenang dan jauh dari rasa marah.
Olahraga
Berolahragalah secara teratur. Lakukan pula aktivitas ini setiap kali amarah mulai menyala. Jika Anda belum memiliki latihan rutin, eksplorasi berbagai jenis latihan untuk menemukan yang paling Anda nikmati. Misalnya jogging, angkat beban, atau pilates.
Pernapasan
Menarik napas dalam dapat sangat membantu menenangkan diri atau mengurangi kecemasan. Berlatihlah bernapas perlahan-lahan, luangkan waktu untuk berhenti di akhir setiap helaan dan hembusan napas. Dengan pernapasan seperti ini, perut Anda akan mengembang seperti balon saat menarik napas, dan mengempis ketika Anda menghembuskan napas. Sementara itu, dada tidak akan mengembang. Jika teknik ini sulit dilakukan, cobalah berbaring telentang dengan lutut ditarik ke atas dan kaki rata di lantai. Selain itu, menempatkan tangan di perut juga dapat membantu untuk merasakannya naik saat menghirup napas.
Aktivitas menenangkan
Cari hobi atau kegiatan yang Anda sukai dan libatkan diri secara penuh ke dalamnya. Contonya berkebun, yoga, melukis, atau bermain musik.
Memperdalam pemahaman
Lakukan hal ini terhadap diri sendiri dan orang lain, untuk membantu Anda menyadari sepenuhnya hal-hal yang memicu amarah. Dengan demikian, Anda dapat melangkah mundur dan memprediksinya sebelum rasa marah timbul, sehingga dapat memilih respon berbeda.
Berusaha memahami orang yang memicu rasa marah Anda juga tak kalah penting. Mereka mungkin berpikir tindakan mereka benar. Dengan memahami perspektif individu tersebut, Anda mungkin dapat meredam emosi dan meresponnya dengan cara yang lebih positif.
Kadang, orang berpikir dirinya dapat melampiaskan kemarahan jika bisa berteriak, memukul, atau membalas dendam kepada orang yang telah menghina atau menyakitinya. Tapi, amarah tidak bekerja seperti itu. Sering kali, melampiaskan amarah tak ubahnya mengipasi api, sehingga mendorong kobaran api baru.
Untungnya, ada sejumlah keterampilan yang dapat Anda kembangkan untuk membantu meningkatkan kemampuan mengelola amarah. Praktikkan empat pendekatan ini di saat pikiran sedang tenang dan jauh dari rasa marah.
Olahraga
Berolahragalah secara teratur. Lakukan pula aktivitas ini setiap kali amarah mulai menyala. Jika Anda belum memiliki latihan rutin, eksplorasi berbagai jenis latihan untuk menemukan yang paling Anda nikmati. Misalnya jogging, angkat beban, atau pilates.
Pernapasan
Menarik napas dalam dapat sangat membantu menenangkan diri atau mengurangi kecemasan. Berlatihlah bernapas perlahan-lahan, luangkan waktu untuk berhenti di akhir setiap helaan dan hembusan napas. Dengan pernapasan seperti ini, perut Anda akan mengembang seperti balon saat menarik napas, dan mengempis ketika Anda menghembuskan napas. Sementara itu, dada tidak akan mengembang. Jika teknik ini sulit dilakukan, cobalah berbaring telentang dengan lutut ditarik ke atas dan kaki rata di lantai. Selain itu, menempatkan tangan di perut juga dapat membantu untuk merasakannya naik saat menghirup napas.
Aktivitas menenangkan
Cari hobi atau kegiatan yang Anda sukai dan libatkan diri secara penuh ke dalamnya. Contonya berkebun, yoga, melukis, atau bermain musik.
Memperdalam pemahaman
Lakukan hal ini terhadap diri sendiri dan orang lain, untuk membantu Anda menyadari sepenuhnya hal-hal yang memicu amarah. Dengan demikian, Anda dapat melangkah mundur dan memprediksinya sebelum rasa marah timbul, sehingga dapat memilih respon berbeda.
Berusaha memahami orang yang memicu rasa marah Anda juga tak kalah penting. Mereka mungkin berpikir tindakan mereka benar. Dengan memahami perspektif individu tersebut, Anda mungkin dapat meredam emosi dan meresponnya dengan cara yang lebih positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar